25/10/2012

bagaimana jika?

tepat dibelakangmu, tepat dibawah teriknya matahari siang itu, kau genggam erat jari-jari tanganku tanpa ragu, sedang aku tertunduk diam menikmati genggaman jarimu. 

ah! sial! hanya mimpi ternyata, bagaimana jika kita ulang saja mimpi itu?ketika aku bersandar nyaman di pundakmu, sedang engkau mengenggam tanganku? bagaimana jika aku tak usah terbangun saja dan menjalankan peran di mimpi tersebut?
sinar matahari masuk melewati celah-celah horden tepat di belakang kepalaku. kurasa sudah sampai titik berbulan yang lalu, tapi seperti ada naskah naskah yang disusun oleh sang sutradara, dan entah bak artis profesional senantiasa kujalani setiap peran dan dialog yang seakan telah di atur. banyak hal yang tak kumengerti tentang alur cerita ini, entah aku masih sebagai peran utama atau mungkin aku orang sudut pandang ketiga? ntahlah, aku tak pernah paham.
bagaimana jika, cerita tersebut telah mencapai titik selesai tapi akhir cerita nya tak pernah jelas?
bagaimana jika, aku menarik kesimpulan sesuka ku atau aku berhenti bermain peran di dalam cerita ini?lalu kuminta orang lain untuk menggantikan peranku, akankah sama?
bagaimana jika, aku menyusup pergi ke luar kota agar menghindari peran ini?
oh, sang sutradara aku tak paham bagaimana bisa kau membuat cerita yang seaneh ini?
bagaimana bisa tak lebih dari empat hari lalu aku mencoba melarikan diri tapi pada hari ke lima aku selalu kembali ketempat yang sama? bagaimana bisa? padahal, aku sudah berlari sekuat dan semampu ku, hingga tak dapat aku rasakan denyut di telapak kakiku.
aku hanya terduduk lemah, meratap nanar , mencoba memfokuskan pandangan ke ujung-ujung jalan, mencari celah-celah cahaya yang mungkin saja akan menuntunku keluar dari sini, sementara tanganku penuh bekas-bekas tanah kotor membalut tebal, seperti tak ingin terlepas.
ah, aku tak kuat lagi untuk berlari, tuhan mungkin tlah bosan mendengar keluhan dan permohonanku.

bagaimana jika, ini semua tak pernah nyata? bagaimana jika selama ini aku hanya hidup di dalam mimpi saja? bagaimana jika, ini semua hanya skenario2 yang tak pernah nyata? lalu? bagaimana akhir yang jelas?

kurasa sudah sampai titik, sudahlah. kedua kaki ku tak mampu lagi untuk berlari. sudahlah, akhiri saja di paragraf ini tanpa harus aku mengibanya bukan?
sehabis aku menutup mata hari ini, dan terbangun esok hari semoga aku bisa dengan bangga karna semuanya hanya mimpi, tak pernah nyata. lalu, akan kuwujudkan lagi mimpi2 yang terlalu banyak aku impikan, dan kuteruskan imajinasi di alam dongengku sendirian. ya, aku memang anak yang aneh, terlalu berimajinasi dan bermimpi, tapi seolah satu persatu menjadi nyata. akan kuwujudkan lagi, karna aku tak pernahh tau di mimpi yang keberapa nafas ku yang cuma-cuma ini akan terhenti.

aku hanya peran yang menjalani semua naskah-naskah tambahan ataupun skenario yang tlah kau susun. aku hanyalah peran yang memendam segala keluh tentang peran yang kau beri kepadaku. tapi, sungguh tuhan, kau sungguh sutradara yang tau bagaimana akhir yang baik akan terjadi kepadaku. jika cerita nya tlah selesai pada paragfraf terakhir, maka izinkan lah aku untuk mencoba mencerna nafas yang tersengal-sengal yg sudah aku derita sejak 6bulan lalu.

No comments:

Post a Comment