26/10/2012

rasa jadi kata


Ini bukan sekedartulisan yang berjejer rapi yang sedang kau baca. Ini bukan sekedar kata-katayang aku tulis dengan imajinasi di sudut tertentu di dalam otakku. Dan inibukan lah tulisan yang berisi kata-kata bijak atau apalah. Tapi, ini hanyalahsekedar alphabet yang tersusun rapi membentuk kalimat tentang rasa. Bukan rasayang kau rasa, tapi hanya aku. Kauadalah apa yang selalu aku tulis. Tapi aku adalah apa yang tak pernah ingin kaubaca.
“Apa yang kau tunggu?”
Suara yang asing melontarkan kalimat itu tepat di depanku,oh tidak, tepat di depan lamunanku pada coklat panas di meja kayu ini. Entahsudah berapa lama aku menjejerkan kedua tanganku di atas meja lalu menyederkankepalaku sedang mataku hanya terfokus pada coklat panas itu. Headset putih masihterpasang di kedua telingaku.
“Tidak. Aku hanya ingin disini, mengapa?” sahutku padalaki-laki asing yang tiba tiba datang tanpa diundang itu.
“Apa yang kau tunggu, tak akan pernah kembali”
“Ya. Aku tahu”
“Lalu, mengapa masih saja kau tunggu? Bukankah kau tahu,bahwa menunggu adalah hal yang kau benci?”
“Ntahlah. Aku hanya....”
“Hanya ingin memperbaiki sesuatu yang telah rusak, iyabukan?”
Belum lagi aku menyelesaikan kalimatku, ia seakan tau apayang ada di otak ku. Seakan ia mengerti apa yang sedang aku rasa.
“Pengulangan yang sama memang tak akan pernah terjadi.Pengulangan rasa contohnya. Aku tahu, aku paham. Aku hanya saja inginmenyelesaikan sesuatu yang kuanggap selesai tapi ternyata belum”
“Untuk apa kau tunggu lagi ia? Menurut mu, ia hilang atau pergidari mu?”
“Aku yang hilang. Aku yang memutuskan pergi. Sedang ia,masih betah berdiri di tempat itu”
“Mengapa kau yang memutuskan untuk hilang dan pergi?Bukankah itu semua hanya menambah lubang hitam di dalam dadamu?”
“Mungkin akan lebih baik ada yang menghilang dan pergidaripada memutuskan bertahan dan menunggu di tempat yang sama, bersama dia danbersama orang yang sedang ia genggam jemarinya”
“Lalu, untuk hal apa lagi yang kau tunggu? Kepastian? Ataukesempatan?”
“Tidak keduanya. Biarkan hati yang mengurusnya. Juga waktuyang akan membantu setiap pertanyaan di kepalaku itu akan terjawab dengansendirinya, nanti”
“Apakah dia sadar kau telah pergi, dan menghilang darinya?”
“Kurasa tidak. Dan kuharap tidak.”
“Apa yang hilang patut di cari, dan yang hilang akan kembalidengan sendirinya. Kau ini berada di point yang mana? Ingin di cari atau inginkembali nantinya?”
“Aku........”
“Ingin di cari karna ia mulai merasa kehilanganmu, bukan?Tapi kau telah menyelaraskan kalimat ‘bahwa ia akan baik baik saja dan tak akanmerasakan kehilangan, sama dengan yang sedang kau rasa’ di otak danhatimu, iya?”
“Untuk apa ia merasakan ada yang hilang, jika ia telahmenemukan sekeping yang lainnya, yang akan menutupi kepingan lama yang hilangitu? Lalu? Untuk apa aku bertahan, seakan semua yang di dalam sini telah baiksaja?akan mempererat rasa sakit yang ada. Kehilangan itu mutlak, aku tak pernahbermusuhan dengan ia. Biarpun ia mengambil setiap bahagia yang aku genggamerat. Kehilangan itu pasti, dan aku akan menerimanya tanpa memendam dendam. Danaku tak pernah berharap bahwa ia akan mengalami rasa kehilangan, sama yangkurasa. Untuk ku, bahagia untuknya adalah bahagia yang sederhana untukku, disudut tertentu”
“Kau ini seperti bintang. Mengorbankan diri untuk pecahberkeping-keping , Cuma biar agar ia bahagia melihat kerlipnya. Kau iniberteman lama dengan luka, dan kecewa. Entah berapa besar kebahagiaan yangmenunggu mu di depan sana”
“Aku hanya mengikuti alur yang telah di susun, dan aku hanyamenjalankan peran yang di tentukan. Jika memang akhir nya seperti ini, baiklah.Ada beberapa cerita yang tidak mempunyai akhir yang diinginkan. Akan kujalankanperan-peran ku di buku selanjutnya. But, if this has to be goodbye, let it be goodbye”
“Like a foot prints onthe beach sand blown by the wind, the memory of him will fades away”-@fatimaalkaff
“Aku dan dia akanbahagia. Entah bersama atau tidak”-@_fhmy
“Tak usah kau tunggu lagi. Entah apa yang membuatmumenunggu, akhirilah. Apa yang di tunggu akan terasa lama rasanya. Apa yang kautunggu akan terasa sakit hasilnya. Biarkan, lepaskan. Nikmati saja apa yangingin kau nikmati”
“I’m trying tounderstand this new dynamic between us. It’s not as simple as ‘you either wantme or you don’t’. I know that. Keeping him in my life might kill me. But,letting he go will. As soon as possible. This moment will be just another storysomeday”
“All stories have anending”-@auliaaintan
“And I will sooonforget the color of his eyes and he will forget mine. One of those days you’regoing to look for me and I’ll be far gone”
Aku tau, kehilangan itu berteman baik dengan pertemuan. Aku tau, akutak akan pernah bisa melarikan diri dari yang namanya kehilangan. Karna ia akanselalu tiba tiba datang bersamaan dengan satu kesalahan, lalu merampas kebahagiaan.Aku tau, kehilangan itu mutlak dan yang harus aku lakukan adalah membiarkan iadatang sesuka ia sembari menikmati kebahagiaan di hadapanku sebelum akhirnyaaku menjadi titik di pertemuan akhir juga kata-kata selamat tinggal yang akanterlontar sekarang atau nanti. Dan, aku tau banyak yang merasa kehilangan danmengerti tentang apa itu tulus dan apa artinya. Karena, kehilangan tak pernahburuk untuk orang-orang yang mengerti tentang cinta dan rasa tanpa mengibasebuah pembalasan.
Aku telah selesai mengumpulkan serta merapikan halaman-halaman yangtelah engkau buang, dan aku telah selesai pada titik di paragraf ini. Someday,you will understand why I still want to try. Someday, you will undesrtand why idid this things. And someday, you will feel the same feeling like I did.
*kata-kata tentang rasa di atas tidak bermaksud membuattingkatan nostalgia anda terhadap masa lalu meningkat. Hanya sekedar inginmengungkap rasa yang tak pernah terucap, dan tak pernah orang lain rasa.Maafkan, jika kata-kata serta kalimat yang berjejer rapi di atas membuat sesakdi dalam dada anda. :p

-C.

No comments:

Post a Comment